Jalangkote Rasa Keju : Sepotong Makassar Dalam Web Series


Beberapa tahun belakangan ini dunia perfilman Makassar cukup menggeliat. Dalam setahun ada 3-4 (atau mungkin lebih?) film Makassar yang tayang di bioskop. Hebatnya lagi, film-film ini bukan cuma tayang di bioskop Makassar, tapi juga nasional, bahkan beberapa di antaranya mampu mencapai box office. Koreksi kalau saya salah, tapi sependek ingatan saya sih, sepertinya belum ada film lokal yang bisa menembus pasar nasional seperti ini. Film lokal dalam artian yang betul-betul diproduksi oleh orang-orang lokal lho ya, bukan cuma setting atau latar belakang ceritanya saja.

Konten kedaerahan yang kental, mulai dari dialek, lokasi, budaya, dan adat merupakan daya tarik yang utama. Terutama buat orang Sulawesi Selatan yang merantau. Semacam obat penawar rindu pada kampung halaman lah. Kalau buat saya, film-film ini menarik karena membawa hal-hal baru, semacam angin segar di tengah film Indonesia yang kebanyakan justru makin kebarat-baratan. Entah dari lokasinya, atau dialognya yang dikit-dikit pakai bahasa Inggris.

Di tengah ramainya film Makassar di bioskop, muncul alternatif baru untuk menikmati tontonan dengan rasa Makassar ini, yaitu sebuah web series yang akan tayang di YouTube, dengan judul Jalangkote Rasa Keju.

Suasana syuting
Foto : IG @jalangkoterasakeju

Buat kamu yang sering nonton YouTube mungkin sudah nda asing lagi dengan web series. Mulai dari Raditya Dika, Ernest Prakasa, hingga beberapa brand besar pernah membuat web series di YouTube. Buat yang belum tau, web series itu film serial yang tayangnya di internet. Semacam sinetron gitu, tapi durasi per episodenya lebih pendek, sekitar 10-15 menit lah. Tapi meskipun durasinya pendek, biasanya penggarapannya nda kalah serius dengan sinetron atau film. Malah menurut saya nih, jauh lebih seru nonton web series. Ceritanya nda bertele-tele, nda kebanyakan zoom in zoom out yang nda penting.

Kasak-kusuk tentang Jalangkote Rasa Keju ini sudah muncul sejak beberapa bulan yang lalu, terutama di timeline Instagram. Beberapa video pendek bergenre komedi yang dibuat sebagai bagian dari promosi web series ini sukses membuat banyak orang penasaran, termasuk saya. Memang sih, video-video pendek itu bukan penggalan atau bagian cerita dari Jalangkote Rasa Keju ini, tapi diperankan oleh para pemeran di serial ini.

Beruntung, Senin tanggal 9 April kemarin saya dan beberapa teman blogger dapat undangan untuk menghadiri konferensi pers sekaligus screening episode pertama serial ini. Resminya sih serial ini baru akan tayang tanggal 12 April nanti. FYI, Jalangkote Rasa Keju ini adalah web series buatan anak Makassar yang pertama.

Kiri-kanan : Zulkarnaen Gobel,
Rusmin Nuryadin dan para cast

Serial Jalangkote Rasa Keju ini diproduksi oleh AIM Production, dengan Zulkarnaen Gobel selaku produser dan Rusmin Nuryadin selaku sutradara. Selain produser dan sutradara, acara konferensi pers kemarin juga dihadiri oleh para pemerannya, seperti duo komedian SuperDj, Doyok dan Jarot, Nayla Irwan, Andika Iccang, Iqbal Saputra, Dini Arishandy, dan duo fenomenal Basitoayya : Syukri dan Adhy. Jujur, selain duo Basitoayya saya kurang familiar dengan yang lain, karena memang di video-video komedi yang beredar kebanyakan memang cuma menampilkan Syukri dan Adhy. Dan mereka berdua ini, sumpah, lucu banget!

Alasan kenapa memilih format web series dibanding layar lebar menurut Zulkarnaen Gobel adalah untuk menjangkau penonton yang lebih luas. Tidak semua orang bisa nonton film di bioskop, terutama mereka yang tinggal di daerah. Nah, kalau di YouTube mau nonton di manapun asal masih terjangkau oleh sinyal internet dan punya kuota data, bisa.

Untuk season pertama Jalangkote Rasa Keju terdiri dari 6 episode yang akan tayang tiap hari Rabu jam 7 malam (kecuali episode perdana yang tayang hari Kamis). Durasi tiap episode sekitar 12 menit. Proses syuting dilakukan selama 10 hari, mengambil lokasi di sekitar Jalan Serigala dan Jalan Macan dengan lokasi utama di salah satu kafe. Ke depannya, jika respon terhadap serial ini cukup baik, tidak menutup kemungkinan akan diangkat ke layar lebar juga.

Episode pertama berdurasi sekitar 11 menit. Ada dua lokasi utama, di sebuah kafe, dan di sebuah lorong. Oiya, serial ini bukan cuma menampilkan komedi saja, tapi juga ada dramanya. Yang jelas, ceritanya adalah tentang kehidupan sehari-hari orang Makassar. Bukan cuma di kafe, tapi juga kehidupan masyarakat di lorong-lorongnya.

Secara keseluruhan sih saya menikmati episode pertama ini. Pengambilan gambarnya bagus, jauh lebih bagus daripada sinetron. Tapi memang kebanyakan web series lebih keren sih daripada sinetron. Akting beberapa pemainnya masih agak kaku sih, tapi lumayanlah. Karena durasinya yang pendek, belum banyak cerita yang bisa ditangkap. Masih tahap pengenalan beberapa tokoh sentral. Agak nanggung sih, buat saya. Kayak ngambang, gitu. Tapi mungkin memang strateginya begitu, biar orang penasaran dan nda sabar nunggu episode berikutnya. Saya termasuk yang jadi penasaran. Jadi kalau memang itu strategi, well it works for me! Penempatan komedi di bagian akhir pas banget menurut saya. Setidaknya meskipun penasaran, saya tetap bahagia nontonnya. Oh, dan satu lagi, lagu latarnya keren!

So, penasaran juga sama serial ini? Janganki lupa nah, tonton episode perdananya tanggal 12 April ini, dan ikuti terus episode-episode lainnya juga. Kalau perlu, subscribe channelnya dan aktifkan notifikasinya biar kamu nda ketinggalan nonton episode terbarunya. 😁


Komentar

  1. Penasaranku sama Bassitoayya, soalnya sudah lamami ini nama nadengung-dengungkan anakku. Katanya sangat lucu.
    Betewe, syukurmi kalau perfilman Makassar bangkit, semoga kian sukses. Aamiin.

    BalasHapus
  2. Tanggal 12? pantengin dah!
    Keren idenya, lewat Youtube lagi medianya, pasti bisa menjangkau semua..Mengingat nonton bioskop di Jakarta perlu modal besar. Tiket sekitar 50 ribu, jajan belum parkirnya di mall yang lumayan..
    Semoga sukses we series ini. Kreatif ide lokalitas begini..Ketjee

    Lah, lupa, salam kenal Mbak:)

    BalasHapus
  3. Ini sering saya lihat seliweran di timeline, sempat nonton yang versi pendeknya
    tapi yang versi panjangnya di YouTube belum pernah

    maklumlah, di Papua buka WA saja susahnya setengah mati. boro-boro buka YouTube hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yakodoong... Untung tayangnya di YouTube, jadi bisa ditonton kapan saja selama belum dihapus 😁

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer