Melancong ke Batu (1) : Coban Talun dan Rabbit Field


Liburan ala Welang Pelang masih berlanjut. Setelah keliling Jogja dan menghadiri Festival Payung Indonesia 2018, kami melanjutkan perjalanan ke Batu. Biasanya orang-orang masih menyebut Batu dengan Malang, padahal sejak tahun 2001 Batu sudah menjadi kota otonom yang terpisah dari Kabupaten Malang.

Di antara kami berempat (plus dua krucils), belum ada yang pernah ke Batu. Saya sendiri sudah sejak lama pengen ke sana. Banyak tempat wisata yang pengen saya datangi, gegara sosial media dan YouTube yang sukses meracuni pikiran saya.

Kami berangkat dari Jogja jam sembilan malam, dengan menggunakan mobil rental. Kami pilih mobil rental karena penginapan yang kami sewa baru bisa check in jam dua siang. Sedangkan lama perjalanan Jogja-Batu sekitar delapan jam. Jadi kalau dari Jogja jam sembilan malam, perkiraan tiba di Batu sekitar jam lima atau enam pagi. Rencananya sih sambil nunggu waktu check in, kami mau jalan-jalan dulu. Dengan naik mobil rental, jalannya jadi lebih praktis, ndak perlu ganti-ganti kendaraan, mengingat barang bawaan kami yang seabrek-abrek.


Alhamdulillah perjalanannya lumayan lancar, meskipun saya ndak bisa tidur. Sekitar jam enam pagi kami singgah di Rest Area Ngantang, Malang, dan begitu keluar dari mobil kami disambut oleh udara dingin yang lumayan bikin menggigil. Tapi meskipun menggigil, pemandangan cantik lumayan bisa mengalihkan perhatian. Setelah istirahat sebentar dan sarapan, kami pun melanjutkan perjalanan.

Pemandangan dari rest area Ngantang

Tujuan pertama kami adalah Coban Talun, obyek wisata air terjun yang terletak di Tulungrejo, Bumiaji, Kota Batu. Sepanjang perjalanan menuju ke sana, kami disuguhi pemandangan perkebunan apel di kanan kiri jalan. Saya baru tahu, kalau pohon apel ternyata pendek. Eh, mungkin ada juga yang tinggi sih, tapi yang saya lihat sepanjang jalan pohon apelnya pendek-pendek dan buahnya lebat. Bikin ngileeerrr....

Tarif retribusi untuk masuk ke Coban Talun ini sepuluh ribu rupiah per orang. Di sini bukan cuma ada air terjun sih, tapi ada beberapa spot lain yang menarik, terutama buat foto-foto. Saya dan geng emak-emak piknik ini memilih untuk ke air terjunnya dulu. Eh, Unga ndak ikut ding, dia lebih memilih leyeh-leyeh di mobil.

Dari tempat parkir, kami harus berjalan kaki untuk sampai di air terjun Coban Talun. Di depan sih tulisannya 1 km, tapiii..., rasanya kok lebih dari 1 km deh. Perasaannya mirip seperti kalau dibilangin "kita jalanin aja dulu," tapi jalannya ndak sampai-sampai. #ehgimana. Kondisi jalan menuju air terjun ini masih berupa jalan tanah, yang ketika kami ke sana dalam kondisi kering, jadi berdebu banget. Tapi kalau seumpama jalannya basah juga bahaya sih, karena pasti licin. Sementara jalannya di beberapa titik cukup terjal, sempit, dan ndak ada pagar pengaman. Kalau jatuh, lumayan tinggi tuh. Oh ya, kami melewati spot taman bunga dalam perjalanan ke air terjun, tapi kami memilih untuk ndak mampir.

Jalan kaki menuju air terjun

Setelah mendaki gunung, lewati lembah, sungai mengalir indah ke samudera, akhirnya kami tiba di air terjun. Airnya ndak terlalu deras, mungkin karena musim kemarau. Tapi lumayanlah, masih ada wujud air terjunnya. Kalau ternyata sampai di sana airnya kering kan KZL. Air di air terjun ini jernih banget. Bikin pengen nyebur, tapi ingat kalau ndak bisa berenang, jadi batal. Waktu kami tiba di sana, masih sepi banget. Baru kami lah pengunjung yang datang. Ndak ada penjual makanan di sana, atau belum buka, ndak tahu juga. Tapi jaga-jaga saja, kalau mau ke sana, lebih baik bawa bekal sendiri, terutama air minum. Karena jalan kaki menuju ke sana lumayan bikin ngos-ngosan. Ada beberapa toilet yang tersedia, meskipun seadanya. Katanya sih ada wahana panahan juga di situ, tapi waktu kami di sana sepertinya belum buka.



Puas foto-foto, kami menghela nafas panjang dan memulai langkah untuk kembali ke arah area parkir. Perjalanan baliknya ini akan lebih menantang karena menanjak. Betis kencang seketika. Saya harus beberapa kali berhenti untuk mengatur nafas. Begini nih, kalau jarang olahraga. Saya dan Kirana sempat berpapasan dengan ular yang melesat masuk ke dalam hutan di samping jalan. Lumayan bikin syok sih. Takut kenapa-kenapa, lalu ularnya salah paham, kan bahaya. Saya ndak bisa parseltongue soalnya.

Jalan kembali yang mendaki

Seperti saya bilang di atas, obyek wisata Coban Talun ini bukan hanya menawarkan keindahan air terjun saja. Ada banyak wahana lain yang menarik, antara lain : taman bunga, Apache Camp, Pagupon Camp dan Omah Segitiga, hutan pinus, Goa Djepang, Omah Terbalik, Oyot Batu, dan Taman Ayunan. Tiap-tiap wahana menawarkan berbagai spot yang menarik, utamanya untuk berfoto kekinian.

Karena betis sudah ndak sanggup diajak jalan lebih jauh, saya dan Nanie, plus duo krucils Kirana dan Ridwan, memilih untuk ke Pagupon Camp saja. Untuk masuk ke area ini bayar tiket masuk lagi ya, jadi ndak termasuk tiket retribusi yang dibayar di depan tadi. Pagupon Camp ini jadi satu area dengan Omah Segitiga. Di sini akan kita jumpai rumah-rumah kecil dengan atap melengkung dan berbentuk seperti rumah burung. Itulah mengapa disebut Pagupon Camp, pagupon dalam bahasa Jawa adalah sebutan rumah burung. Sedangkan di area Omah Segitiga, rumah-rumahnya berbentuk segitiga.

Pagupon Camp yang bentuknya mirip rumah burung

Rumah-rumah ini bisa disewa untuk bermalam

Baca yang ini juga : Sepotong Cerita di Kalibiru.

Fungsi rumah-rumah ini bukan sekadar untuk latar foto, tapi juga bisa disewa kalau kita berminat bermalam di sana. Selain rumah-rumah unik tadi, di sini juga ada wahana flying fox, dan tentu saja banyak spot-spot cantik untuk selfie ala Instagram.

Puas berfoto-foto meskipun muka kucel karena belum mandi, geng Pelancong Apaan ini pun melanjutkan perjalanan ke Rabbit Field. Lagi-lagi info tentang tempat ini kami dapat dari YouTube. Ndak ada satu pun dari kami yang pernah ke sana. Jadi kami cuma mengandalkan panduan dari mbak-mbak Google Maps yang kadang-kadang bisa berisik annoying banget.

Menurut Google Maps sih tempatnya ndak terlalu jauh. Waktu tempuhnya sekitar 20-an menit. Tapiiii, jalanannya ternyata ngeri-ngeri sedap. Di sebelah kanan tebing, di sebelah kiri jurang. Lebar jalan cuma muat 2 mobil itupun mepet. Jadi kalau berpapasan sama mobil dari arah yang berlawanan, lumayan bikin keder. Mana jalannya berkelok-kelok dan menanjak, dan di beberapa titik tikungannya tajam. Untung yang bawa mobil jago, meskipun dia belum tidur semalaman.

Rabbit Field atau Wisata Taman Kelinci ini terletak di Jalan Paralayang, Desa Pandesari, Pujon, Kota Batu. Tiket masuknya sebesar Rp 20.000 untuk dewasa, dan Rp 10.000 untuk anak-anak, ini sudah termasuk tiket masuk semua wahana, dan satu pak kecil strawberry. Ada tiga wahana di sini, wahana Taman Kelinci, Rumah Hobbit, dan Taman Strawberry. Kalau mau kasih makan kelinci, harus beli dulu pakannya di sini, seharga Rp. 5.000 per kantong.

Taman Kelincinya sih ndak terlalu luas. Hampir seluruh area taman ditanami rumput, jadi ndak berdebu. Sayang ndak banyak pohon atau peneduh, kalau kita datang ke sana siang akan terasa panas sekali. Ada banyak liang buatan untuk tempat kelinci bersembunyi. Untuk anak-anak, disediakan juga arena playground.

Rabbit Field

Ada playground untuk anak-anak

Ada berbagai jenis kelinci di sini. Pengunjung bebas memberi makan langsung ke kelinci-kelinci itu dengan pakan yang dibeli di loket tiket. Cuma sayangnya, kelinci-kelincinya seperti pada kekenyangan disuruh makan melulu sama pengunjungnya. Kirana jengkel karena kelinci-kelincinya pada ndak mau makan. Ekspektasi saya sih, di sana ada petugas yang menjelaskan serba-serbi tentang kelinci. Tapi pas kami ke sana ndak ada. Jadi ke sana ya cuma buat kasih makan, main-main sama kelinci, dan foto-foto doang.

Kelincinya jinak-jinak

Di wahana Rumah Hobbit, yah, sesuai namanya, ada sebuah rumah hobbit yang dikelilingi taman bunga di mana kita bisa foto-foto di situ. Letaknya tepat di samping bagian atas Taman Kelinci. Sedangkan Taman Strawberry agak terpisah dari Taman Kelinci. Kita harus berjalan sekitar 50 meter untuk ke sana. Infonya sih, di Taman Strawberry ini kita bisa memetik strawberry yang ditanam di situ, tapi pas kami ke sana ternyata strawberrynya masih kecil-kecil, jadi belum bisa dipetik. Tamannya juga ndak terlalu luas. Lebih cocok dibilang semacam rumah kaca gitu sih.

Karena waktu masih menunjukkan jam 12, sementara waktu check in di penginapan adalah jam 2 siang, kami makan siang dulu baru menuju ke penginapan. Selama di Batu ini kami menginap di Homestay Andari di daerah Oro-Oro Ombo. Tempatnya lumayan nyaman, ada dua kamar tidur yang cukup luas yang bisa menampung hingga empat orang tiap kamarnya. Ada dua kamar mandi dan dapur. Perlengkapan masak juga disediakan, jadi bisa masak-masak sendiri kalau mau hemat ndak jajan di luar. Pemiliknya juga ramah dan responsif. Lokasinya dekat dengan Batu Night Spectacular dan Jatim Park 2. Ndak perlu khawatir kalau ndak bawa kendaraan sendiri, karena taksi online mudah didapat di sini.

Malam harinya, kami lebih memilih tinggal di penginapan dan istirahat. Rencana awal sih mau ke Batu Night Spectacular, tapi betis sudah ndak sanggup diajak jalan. Kirana juga masih belum fit betul kondisinya, jadi daripada demamnya naik lagi, lebih baik istirahat saja. Masih ada satu hari penuh untuk melancong di Kota Batu ini, harus simpan tenaga baik-baik supaya bisa maksimal melancongnya. Ke mana kami di hari kedua di Batu? Nanti saya ceritakan di tulisan berikutnya, yaa....



Air Terjun Coban Talun
Dusun Wonorejo, Desa Tulungrejo, Bumiaji, Kota Batu
Tiket masuk : Rp. 10.000 (tidak termasuk tiket masuk wahana)
IG : @cobatalun

Rabbit Field (Wisata Taman Kelinci) & Taman Strawberry
Jl. Paralayang, Desa Pandesari, Pujon, Kota Batu
Tiket : dewasa & anak > 5 tahun : Rp. 20.000
Anak < 5 tahun : Rp. 10.000

Homestay Andari
Perum Puri Indah Blok G1/12, Oro-Oro Ombo, Batu, Kota Batu

Komentar

  1. PEnasaran dengan Goa Djepang, ndak ada fotonya di sini, Ayi?

    BalasHapus
  2. Saya ke Batu tahun 1995. Waktu itu ke tempat wisata air terjun juga yang namanya Coban Rondo. Tempatnya lebih ramai pengunjung daripada Coban Talun ini. Tapi kalo mau suasananya dapet sih emang Coban Talun ini lebih ok, lebih tenang sepertinya ya..

    BalasHapus
  3. Tidak bisa ku bayangkan pegalnya kaki kak... lumayan banget buat membuang kalori... ^_^

    BalasHapus
  4. Berapa luas area wisata Coban Talun ?baca sambil ngebayanginnya qo aku sing ngos ngosan ya. Untungnya ada area wisata lainnya yang bisa nyenengin bocah. Aku juga belum pernah ke Batu, benarkah di sana sejuk ?

    BalasHapus
  5. Saya belum pernah ke ke sana kak heheh, jadi pengen juga liat langsung kelinci (sapa tau bisa makan sate kelinci 😂) Tapi lumayan di rutenya agak membuat kita berolahraga. Tapi terbayarji capeknya dengan pemandangannya 😍😍😍

    BalasHapus
  6. Ouuuhh.... baru tahu klo Batu itu bukan lagi Kabupaten Malang. Betul yg Ayi bilang klo org masih sering bilang Batu Malang.

    BalasHapus
  7. Welang pelang itu bahasa Bugis di... Ih saya tidak tau artinya (pakasiri-siri na di) Mengaku orang Bugis tapi tidak tahu arti beberapa bahasa Bugis.
    Oh ternyata Batu itu bukan lagi Kabupaten Malang? Baru tahu.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer