(Jangan) Berkawan dengan Lupa
"Tidak apa-apa, aku akan mengingat semuanya untuk Ayah. Karena meskipun Ayah akan melupakanku, aku tidak akan melupakan Ayah. Lagipula, bukankah Ayah akan selalu jadi ayahku?" - Miu
Dialog tersebut diucapkan oleh Miu, seorang gadis cilik berusia 8 tahun dalam serial drama televisi Jepang "Beautiful Rain". Bercerita tentang kehidupan seorang ayah tunggal Keisuke Kinoshita bersama anak semata wayangnya, Miu. Suatu hari Keisuke didiagnosa menderita Alzheimer tahap awal. Dia diberitahu oleh dokternya bahwa penyakitnya itu akan membuat ingatannya perlahan-lahan menjadi lemah, hingga pada akhirnya dia tidak akan mampu melakukan tugas-tugas yang paling sederhana sekalipun. Keisuke pun menjadi galau, mengingat dia punya anak yang masih kecil, dan takut dia tidak akan mampu membesarkan anaknya dengan baik. Beruntung, Keisuke dikelilingi orang-orang yang peduli padanya. Ketika bos dan rekan-rekan kerjanya di sebuah industri kecil mengetahui tentang penyakitnya, mereka kompak memberikan dukungan pada Keisuke, layaknya sebuah keluarga. Sedangkan Miu, anaknya yang masih berusia 8 tahun, dengan sifat riangnya, berjanji akan selalu bersama ayahnya melewati masa-masa sulit. Yang paling mengharukan adalah ketika Keisuke, yang menyadari bahwa dia tidak akan bisa "bersama" dengan Miu untuk waktu yang lama, menyiapkan hadiah-hadiah ulangtahun Miu untuk tahun-tahun yang akan datang. Di setiap hadiahnya, Keisuke merekam sebuah pesan untuk Miu, nasihat tentang bagaimana menjalani hidup, dan mengingatkan Miu untuk selalu bahagia. ðŸ˜ðŸ˜
Beautiful Rain adalah sebuah drama seri produksi Fuji TV yang tayang pertengahan tahun 2012. Dibintangi oleh Etsushi Toyokawa sebagai Keisuke dan Ashida Mana sebagai Miu. Serial sebanyak 12 episode ini pernah ditayangkan di salah satu televisi swasta Indonesia. Buat saya, serial ini adalah salah satu yang terbaik yang pernah saya tonton. Saya menontonnya sampai tiga kali, dan tetap saja menangis tiap kalinya. Cerita tentang hubungan ayah-anak yang indah, tentang hubungan dan dukungan yang hangat dari orang-orang terdekat, serta tentang menciptakan kenangan manis sebanyak mungkin selagi masih ada waktu. Selain itu, yang membuat saya merasa terhubung dengan serial ini adalah karena saya punya pengalaman yang hampir serupa. Bukan, saya bukan pengidap Alzheimer (semoga tidak akan pernah). Tapi ibu mertua saya.
Sudah sekitar dua setengah tahun ini ibu mertua saya tinggal bersama kami. Sebetulnya kami tidak tahu pasti, apakah beliau mengidap Alzheimer atau tidak, karena belum pernah diperiksa secara medis. Yang jelas, beliau menderita pikun yang semakin hari semakin parah. Bahkan belakangan ini beliau mulai tidak mampu melakukan hal-hal yang sederhana dengan benar, seperti memakai baju. Mirip dengan gejala Alzheimer seperti yang saya baca di artikel-artikel kesehatan. Beliau mulai melupakan orang-orang, termasuk anak kandungnya sendiri yang hampir 24 jam bersamanya. Kadang beliau ingat, tapi lebih sering lupa. Ini bukanlah hal yang mudah untuk kami. Terlebih karena penyakit ini membuat penderitanya cenderung mudah marah atau tersinggung. It's been an emotional rollercoaster for us. Mungkin yang membuat ini terasa tidak mudah adalah karena kami tidak pernah mempersiapkan diri sebelumnya. We're not well informed about the disease. Jadi kami tidak tahu apa yang harus dilakukan dan tidak siap, terutama secara mental.
Penyebab pasti penyakit ini sampai sekarang belum bisa diketahui. Tapi ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko, seperti usia lanjut, jenis kelamin wanita, gaya hidup tidak sehat, cedera di bagian kepala, faktor genetik, atau mengidap gangguan kognitif ringan. Buat saya, penyakit ini adalah penyakit yang menakutkan. Secara fisik sehat, tapi secara pikiran tidak terhubung dengan siapapun. Orang-orang yang kau sayangi ada di sekitarmu, berinteraksi denganmu, tapi kau tidak terhubung dengan mereka. I really think it's so saddening.
Sampai saat ini, belum ada pengobatan yang bisa menyembuhkan Alzheimer. Yang ada hanyalah pengobatan untuk memperlambat gejalanya. Perkembangannya bertahap, dan lamanya berbeda-beda antara satu orang dan lainnya. Biasanya gejala awal ditandai dengan mudah lupa, seperti lupa di mana menaruh barang, lupa nama orang, atau lupa peristiwa yang baru saja terjadi. Pada tahap selanjutnya, penderita akan semakin kesulitan melakukan tugas-tugas sederhana seperti berpakaian, kesulitan bicara, disorientasi waktu dan ruang, perubahan mood dan perilaku, mudah marah, bahkan kadang mengalami halusinasi dan kecemasan berlebihan.
Ibu mertua saya sudah sampai pada tahap ini. Pada kasusnya, perkembangannya (menurut saya) sangat cepat. Seingat saya, beliau mulai menunjukkan gejala lupa yang tidak biasa sekitar tahun 2013. Waktu itu, saat lebaran, beliau mendadak lupa tentang Kirana, anak saya, yang juga cucu satu-satunya. Mungkin ada gejala lain sebelum itu, tapi kami tidak perhatikan, atau kami anggap sebagai pikun biasa. Dalam waktu kurang dari empat tahun, kondisinya semakin parah. Seperti yang sudah saya bilang di atas, bahkan beliau mulai kesulitan melakukan hal-hal kecil. Memakai baju terbalik, atau bahkan berlapis-lapis, mencampur apapun yang dia temukan untuk diminum atau dimakan, mencoba memotong bantal karena dikira daging, dan banyak lagi. Demi alasan keamanan, kami pun harus selalu mengunci pagar, mematikan gas, dan menyimpan semua benda-benda tajam. Beliau harus selalu diawasi, untuk menghindari tindakan yang membahayakan dirinya sendiri. Pernah saya dapati, beliau hampir meminum sabun cuci piring, karena dikiranya sirup.
Berkaca dari pengalaman ini, dan serial Beautiful Rain, satu hal yang ingin saya garis bawahi. Jangan sepelekan lupa. Saat orang terdekat kita, atau bahkan kita sendiri mulai sering melupakan hal-hal kecil, sebaiknya kita lebih waspada. Deteksi yang lebih awal akan jauh lebih baik. Meskipun belum bisa disembuhkan, tetap ada pilihan pengobatan untuk memperlambat. Selain itu, dengan mengetahuinya lebih awal, akan memberi cukup waktu bagi orang-orang di sekitarnya untuk mempersiapkan diri, atau menciptakan kenangan manis sebanyak mungkin, seperti yang Keisuke lakukan bersama Miu. Dia yang mengidap Alzheimer mungkin akan lupa, tapi kenangan manis yang pernah dibuat akan menguatkan orang-orang terdekatnya untuk tetap berada di sana untuknya. Jadi, mari (jangan) berkawan dengan lupa.
Referensi :
- http://www.alodokter.com/penyakit-alzheimer/
- https://id.wikipedia.org/wiki/Alzheimer
Kayak mau nonton serialnyaaaaa
BalasHapusIh, nonton deh! Siap-siap se box tissue.. 😊
BalasHapusJadi ingin lihat filmnya. Pasti mengharukan.
BalasHapusOiya, ini beda ya mbak dengan sifat pelupa. Kalo Alzheimer kan penyakit. Semoga kita terhindar darinya. Kegemaran membaca sepertinya bisa jadi salah satu langkah, untuk mengurangi kebiasaan lupa.
Jadi ingat film 50 First Date
BalasHapustapi dia bukan alzheimer atau demensia, tapi kehilangan ingatan pendek. semua yang terjadi setelah tanggal tertentu akan hilang dari ingatannya kalau dia bangun tidur.
jadi yang dilakukan oleh pacaranya (dan kemudian jadi suaminya) adalah setiap hari mengingatkan kalau dia sudah menikah. lucu tapi sekaligus mengharukan
jadi ingat film serupa seperti 50 First Dates-nya Drew Barrymore. Ada juga A Moment To Remember sebuah film lawas Korea dengan tema serupa. Film-film seperti ini sangat menguras emosi :D
BalasHapuspenasaran saya dgn filmnya kak.. tp kayaknya saya harus nonton sendiri deh dan harus siap banyak tissue.. apalagi kalo ada adegan sedih atau mengharukan, malu2 K ditau menangis kalo ada temanku nontonki..
BalasHapusHuwaaaa aku tak syuka film sedih, baca reviewnya saja sudah sedih begini apalagi nanti nonton filmya... Sepertinya gak sanggup akutuh...
BalasHapusAda omku menderita Alzeimer. Waktu awal kena, yang lucunya karena dia.ingat kejadian masa kecilnya tapi masa sekarang dia lupa. Sekarang dia sudah terbaring gak bisa apa-apa, jadi sangat bergantung sama anak istrinya. Ngeri ya...
BalasHapusBenar-benar kisah yang menguncang Kalbu. Saya teringat ibu saya pernah bercerita kalo yang ditakutkan nenek saya adalah penyakit pikun. Beliau selalu berdoa dan berharap tidak terkena penyakit tersebut. Alhamdulillah doanya terkabul namun usia beliau tidak panjang
BalasHapusBaca Reviewnya saya sudah baper, yang film seperti ini saya suka, pengen deh saya nonton mudah2an msh ada dan bisa download, makasih ulasannya kak ��
BalasHapusSudah lama tidak nonton film atau serial drama yang sedih karena hmmmmm kondisi mental sendiri yang dak stabil di dua tahun terakhir ini. Penyakit lupa ini sedih sekali memang, saya pernah nonton beberapa kisahnya di serial seperti gray anatomy dll. Ia kita harus lebih awas dan deteksi dini sehingga bisa melakukan persiapan.
BalasHapusserial-serial yang bikin banjir air mata begini ini andalanku hahah (anaknya suka menikmati kesedihan) worth to try banget kayaknya kalo dr reviewnya ini kak ^^
BalasHapusSetuju, selagi ada waktu, mari menciptakan momen indah untuk orang disekitar kita. Lalu mendeteksi dini akan gejala penyakit lupa atau lebih familiar dengan nama Alzheimer.
BalasHapusSatu hal yg penting kita tahu bahwa ngeblog atau menulis, adalah salah satu cara menekan waktu menuju Alzheimer hehehee...
Sepertinya film ini akan menguras air mata yah kak namun saya penasaran pengen nonton, feelnya dapat banget...
BalasHapusSalah satu drama Korea yang dulu banget pernah sa tonton ttg alzheimer, Love story from Harvard, menguras emosi juga hiks Saya mewek2 nontonnya
BalasHapus