Belanja Batik di Karebosi Junction



Indonesia diberkati dengan warisan budaya yang teramat kaya. Negeri ini terdiri dari 34 provinsi, dengan 1.340 suku bangsa, 300 kelompok etnis, dan 652 bahasa daerah. Tiap-tiap daerah dan suku punya keunikan dan keistimewaan masing-masing, dari budaya, adat istiadat, kuliner, kesenian, hingga kain tradisional.

Berbicara soal kain tradisional, saya adalah salah seorang pengagum kain-kain cantik itu. Kain tradisional Indonesia bukan hanya sekedar kain. Pada umumnya, kain-kain itu mengandung makna filosofi atau cerita dalam setiap motifnya. Proses pengerjaannya pun tidak main-main. Untuk menghasilkan kain berkualitas bagus dibutuhkan waktu yang lama, bahkan bisa berbulan-bulan, dan dikerjakan secara manual. Makanya ndak heran kalau harganya juga bisa sampai selangit.

Kementerian Kependidikan dan Kebudayaan telah menetapkan 33 kain tradisional dari berbagai daerah di Indonesia sebagai warisan budaya tak benda. Penetapan ini sebagai upaya untuk mendorong pelestarian kain tradisional, di antaranya Ulos Batak Toba, Songket Palembang, Tapis (Lampung) Lipa Sabbe (Sulawesi Selatan), Tenun Ikat Sumba, Tenun Siak (Riau), Sasirangan (Kalimantan Selatan), Karawo (Gorontalo), dan tentu saja, Batik.

Nah, ngomong-ngomong soal batik nih, siapa sih yang ndak kenal batik? Pasti punya lah ya, baju batik minimal satu, biarpun itu cuma seragam kantor atau organisasi. Batik adalah salah satu kebanggaan Indonesia. Bahkan batik sudah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non Bendawi (Masterpieces of The Oral and Intangible Heritage of Humanity) oleh UNESCO, pada tanggal 2 Oktober 2009.

Kata Batik diyakini berasal dari Bahasa Jawa "tik", yang bermakna titik atau matik, yaitu membuat titik. Teknik membatik, yaitu memberi warna pada gambar atau motif di kain dengan sebelumnya melapisinya dengan lilin/malam, sebetulnya sudah ditemukan di negara-negara Asia Timur, Asia Tengah, Timur Tengah, dan India sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu. Teknik membatik sudah dipraktikkan di Cina sejak jaman dinasti Sui (581-618 M). Tentang asal usul batik di Indonesia sendiri sebenarnya masih menjadi perdebatan. Ada yang berpendapat batik masuk ke Indonesia melalui para pedagang dari India. Ada juga pakar yang berpendapat bahwa masuknya batik di Indonesia karena misi diplomatik dan pedagang dari Cina. Sementara pakar lain berpendapat bahwa batik memang asli dari Indonesia tanpa pengaruh Hinduisme atau Budhisme. Cikal bakal tekniknya memang mungkin didapat dari bangsa lain, tapi teknik lanjutan dan motifnya dikembangkan sendiri oleh orang Indonesia.

Pada awalnya, batik hanya boleh digunakan oleh para bangsawan dan keluarga Keraton saja. Namun lama kelamaan, batik mulai dibawa keluar Keraton dan digunakan juga oleh rakyat biasa. Motifnya pun jadi beragam. Secara umum batik di Jawa terbagi menjadi dua, yaitu batik pedalaman dan batik pesisiran.

Batik pedalaman adalah batik yang berkembang di wilayah Jogja dan Surakarta, atau biasa disebut batik keraton atau batik klasik. Motif batik pedalaman penuh dengan makna filosofis. Bahkan beberapa motif batik pedalaman hanya boleh digunakan oleh Raja dan keluarganya, seperti motif Gurdo dan Parang. Warna yang digunakan adalah warna-warna natural, seperti coklat, putih dan biru. Beberapa motif juga biasanya digunakan untuk acara-acara tertentu, seperti motif Sido Luhur/Sido Mukti/Sido Mulyo yang digunakan oleh pengantin, atau motif Truntum yang dipakai oleh orang tua pengantin.

Sedangkan batik pesisiran adalah batik yang berkembang di daerah pesisir Jawa, seperti Cirebon dan Pekalongan. Motifnya banyak dipengaruhi oleh budaya luar yang dibawa oleh pedagang Cina dan India. Warna yang digunakan pun lebih cerah, seperti merah, kuning, atau hijau. Salah satu motif batik pesisiran yang terkenal adalah motif Mega Mendung dari Cirebon.

Kini, batik tidak hanya ada di tanah Jawa. Batik sudah meluas hampir di seluruh penjuru tanah air, dan masing-masing daerah pun mengembangkan motif batiknya masing-masing berdasarkan kearifan lokal yang berlaku. Mulai dari Aceh, Kudus, Tulungagung, Bali, Kalimantan, bahkan Papua. Di Sulawesi Selatan juga punya motif batik Lontara.

Festival Batik dan Tenun Nusantara di Karebosi Junction

Nah, buat kamu penggemar batik, Karebosi Junction menggelar Festival Batik dan Tenun Nusantara sejak tanggal 1 Desember 2017, di lantai 3 dan 4 Karebosi Condotel, Makassar. Di sini kamu bisa mendapatkan berbagai produk batik dan tenun, mulai dari baju, celana, kain, hingga tas dan aksesoris berkualitas. Dijamin kamu pasti bingung mau beli yang mana, atau mau borong semua sekalian. Cantik-cantik semua batik dan tenunnya. Festival ini diikuti oleh produsen batik yang datang langsung dari Jogja, Pekalongan, Solo, Cirebon, Jepara, dan Sragen. Oh iya, di sini kamu juga bisa pesan dan ukur langsung kain batik yang kamu mau.


Bukan hanya belanja batik dan tenun, di Festival ini juga diadakan berbagai kegiatan lain, seperti kelas membatik, kelas kriya, dan berbagai macam lomba yang berhadiah total jutaan rupiah. Seru kan? Suasana Karebosi Junction pun nyaman buat belanja, adem, bersih dan rapi. Jadi betah tuh, pilih-pilih baju dan kain batik yang mau dibawa pulang. Pilih-pilihnya mah betah, bagian bayarnya yang nda betah, hahaha. Festival ini masih berlangsung sampai tanggal 25 Desember 2017, jadi buat kamu yang cari batik berkualitas, buruan deh ke sini.

Salah satu tenant di Festival Batik
dan Tenun Nusantara
Batik klasik yang elegan
Warna-warni tenun

Ada juga tas dan aksesoris
Suasana Karebosi Junction
yanh bersih dan rapi

Referensi :
- www.batikguild.org.uk
- jawakuno.com/sejarah-batik/

Komentar

  1. Saya suka belanja di karebosi junction ini, tempatnya nyaman dan bersih. Mirip-mirip di Tamrin City.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer